Dua garis lengkung berlawanan. Trus garis menurun, mendatar lagi. Bentuk angka dua. Trus menurun lagi, trus mendatar. Dua garis mendatar, terus lingkaran. Satu garis menurun, mendatar, menurun lagi.
Kampret. Ini huruf yunani kuno
dari mana??!!
“Aaaish, Key! Kamu bisa nggak sih
nggak ngasih aku huruf-huruf beginian sehariiiiii aja? Plis,” Oh Tuhan. Aku
benar-benar lelah melihat tingkah sahabatku yang satu ini.
Cowok yang biasa kujuluki ‘si
kunci’ itu langsung mengeluarkan lidahnya. “Nggak mau. Sebelum kamu pinter
bahasa hangul.”
Aku menyerah. Kutarik semua
pangkal rambutku dan menggila sendiri.
“Annyeong (Halo) ,” tiba-tiba, gadis berperawakan tinggi dan chubby
masuk ke kelas dan mendaratkan bokongnya pada bangku disebelahku. Ya, si
Krystal. Namanya terlalu cantik, sehingga aku harus mengubah nama sobat karibku
yang satu ini menjadi sendok stainlesstell.
“Wa’alaikum salam,” jawabku
singkat—membalas salam si sendok.
Si sendok memutar bola matanya
sambil tertawa kecil. “Si ember kamu apain lagi, sih, Key? Baru pagi gini
mukanya udah kusut banget. Bukan jemuran lagi ini namanya. Kayak baju belum
dicuci,” ucapnya tanpa dosa. Sialan.
Aku mendengus. “Kalian berdua teh sama aja. Hobinya bikin kesel, tau.
Kalian jodoh atau gimana, sih? Udah suka huruf Yunani, nyebelin, suka boyband
yang nggak jelas masa depannya, errrrr.”
Key dan Krystal saling tatap.
Mereka lalu menatapku, dengan wajah garang.
“Apa?” ketusku; sok berani.
“EMBEEEEEEEERRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!!!”
XX
“Kunci, traktir bakso dong.. hehe
aku nggak bawa uang jajan,” ah hari ini nasibku kayaknya apes banget. Aku baru
inget, tas sekolahku yang kemarin basah banget. Jadinya harus ganti tas yang
lain.. dan naasnya, uang jajanku ketinggalan.
Tanpa meminta pun harusnya aku
sudah sadar, kunci sialan itu nggak bakalan traktirin aku makanan. Jelas aja,
tadi pagi dia sebel banget sama aku.
“Nggak bakalan sampai kamu pintar
bahasa hangul,” ucapnya, menatapku tajam—maksudku sok tajam.
Jadi.. apa aku harus menampakkan
wajah sok chubby gitu supaya dia mau? Ya Tuhan, cacing-cacing di perut sudah
mencuri semua nutrisi..
“Oppa, plisseu,” kataku
akhirnya—demi semangkuk bakso. Sepertinya pulang sekolah aku bakal kena gejala
tipes abis ngomong bahasa sansekerta gitu.
Dan sudah kuduga lagi. Key sama
Krystal pasti ketawa. Dan ini parah, sampai narik-narik rambut. Ya Tuhan salah
rambutku apa.
No comments:
Post a Comment