source: weheartit
“Ah, jurusan komunikasi mah gampang, kan kerjanya Cuma berkomunikasi.”
Pernyataan
tersebut sering dilontarkan beberapa orang mengenai jurusan (departemen) Ilmu
Komunikasi. Entah tahu atau tidak, padahal sebenarnya komunikasi tidak sesederhana itu.
Seperti
yang disampaikan oleh Kak Hadjir kemarin, Selasa 6/9/2016 dalam agenda PIKNIK
yang bertempat di taman FISIP bahwa ada banyak hal yang tidak kita ketahui
tentang rumitnya komunikasi. Seperti jurusan-jurusan SOSPOL lain yang memiliki
manusia sebagai objek materialnya, dan berkomunikasi sebagai objek ‘tak
terlihat’-nya. Kakak yang pernah menjabat sebagai Kaisar KOSMIK periode
2013-2014 itu juga mengemukakan bahwa komunikasi adalah hal yang kompleks. Artinya,
banyak perbedaan di dalamnya yang harus kita mengerti satu sama lain.
Contohnya, attitude, gaya bahasa,
mimik wajah, hingga nada suara sekalipun. Coba pikirkan, tak ada manusia yang
memiliki mimik wajah yang sama, kan?
Itulah
yang disebut ‘kompleksitas’ dalam ilmu komunikasi.
Komunikasi
juga ternyata dibutuhkan oleh ilmu untuk menjadi eksis dan bersifat lintas
batas. Maksudnya, komunikasi adalah induk dari semua ilmu. Coba bayangkan jika
sebuah ilmu tidak disampaikan kepada orang lain, atau tidak ditulis melalui
buku dan tidak dibagikan lewat media sosial. Bagaimana caranya sebuah ilmu
dapat dipelajari?
Hal
terakhir yang saya peroleh—maksudnya yang saya tulis—tentang materi komunikasi
adalah tentang teori Marthin Sellingman yang menjelaskan bahwa komunikasi
berasal dari bagaimana kita berdialog. Muncullah pengertian antara bertemu dan
berjumpa yang ternyata saaaaangat berbeda. Jika kita bertemu, it feels like ‘kau hanya tau saya, tapi
tidak dengan ceritaku’. Dan saat bertemu, tidak ada perasaan yang berubah.
Berbeda ketika kita berjumpa, hal tersebut bersifat sebaliknya. Ada cerita,
saling berbagi, dan ada perasaan yang berubah.
Dan
menurut saya, perjumpaan adalah hal menarik yang pernah ada.
No comments:
Post a Comment